Special Backlink

  • VALENTINE vs PILKADA - Menarik ketika ada keinginan dan gairah untuk menuliskan lagi apa yang hanya sekadar ingin disampaikan, tanpa harus berada di pihak golongan apa dan kubu a...

Al Qawiyyu Berarti Kekuatan Yang Menguatkan

0 komentar
Al Qawiyyu Berarti Kekuatan Yang Menguatkan . Allah yang Maha Kuasa, yang benar-benar total sepenuhnya berkuasa atas segala hal, dan tidak pernah dimintai pertanggungjawaban. Allah Maha Adil, jadi apapun yang ditimpakan kepada kita pasti sempurna dan kita tidak layak kecewa. 

Kecewa dapat saja kita rasakan jika kita salah dalam menyikapinya. Yakinkanlah bahwa perhitungan Allah tidak semata-mata di dunia tetapi adalah persiapan menuju surga. 

Tetap optimis dan selalu bersikap husnudzon kepada Allah akan membuat hidup kita nyaman. Hidup ini terlalu singkat jika harus disikapi dengan kecewa terhadap perbuatan Allah. Mudah-mudahan kita bisa memposisikan diri kita dengan tepat terhadap makna Al-Qowiyyu terhadap kita. 

Rasulullah bersabda, "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah walaupun dalam keduanya ada kebaikan". 

Dengan sigma kekuatan yang lebih banyak, antara lain kuat fisik, kuat dompet, kuat mental dan ruhiyah; kita akan lebih dicintai Allah. 

Membangun kekuatan adalah sarana menjadi mukmin yang baik dalam menggapai kedudukan disisi Allah. Dalam surat Al-Anfal diajurkan untuk memiliki kekuatan, bukan untuk menindas tetapi untuk menggentarkan kekuatan lawan. Makin kita kuat, makin kita membuat orang lain terselamatkan dari mendzolimi orang. 

Islam mengajarkan kekuatan sebagai bagian dari kebaikan seorang mukmin, kedekatan dengan Allah, dan juga dapat digunakan menolong orang dari kemungkaran. Jadi hal ini penting sekali. 

Hal yang membuat kita terpuruk seperti ini adalah karena kita lemah, antara lain ekonomi yang lemah yang membuat kita repot, ilmu yang lemah membuat kita mudah ditipu. Maka yang harus menjadi tren sekarang ini adalah membangun kekuatan. 

Kekuatan yang harus dimiliki adalah bermacam-macam. Kita mulai dahulu dari yang paling mudah yaitu kekuatan fisik. 

Harus extra konsentrasi dalam membangun kekuatan fisik ini kalau perlu konsultasi dengan dokter yang ahli. Kita akan terasa memiliki kekuatan extra jika kita berusaha memperbaiki diri, mulai dengan ritme makan, olahraga, jam istirahat yang diperbaiki kualitasnya. 

Walaupun kekuatan fisik bukan satu-satunya yang terpenting tetapi jelas bahkan jika fisik kita kuat akan sangat berguna. 

Sebagai ilustrasi pedang Imam Ali di Turki sangat besar, lebih besar lagi dan bahkan lebih panjang pedangnya Imam Jafar As-Shoddiq, logikanya kalau tidak memiliki tangan yang kuat maka tidak akan mampu menggunakannya. 

Canangkanlah program memperkuat fisik. Kita harus lebih kuat karena kalau fisik kita lebih kuat dan sehat insya Allah akan bisa berbuat lebih banyak. Kita kerahkan saja kepada Allah sekalipun kita diberi sakit itu urusan Allah yang penting tekadnya adalah ingin menjadi sehat dan kuat, ini akan menjadi tekad ibadah. 

Kalau ada seorang ibu-ibu yang membutuhkan bantuan dengan belanjaannya jika kita kuat fisik akan mudah menolongnya, ada orang yang didzolimi kita akan dapat menggetarkan lawan jika kita kuat. 

Mudah-mudahan ini tidak dianggap remeh jika kita melakukan push-up, lari, senam akan menambah vitalitas akan lebih baik lagi jika kita lakukan sambil dzikir, ini akan menjadi jalan taqarrub kepada Allah. 

Jika kita lebih sehat dan kuat maka lebih banyak yang dapat kita perbuat dan akan lebih baik lagi kualitas keimanan kita. 

Sujud dengan pusing itu berbeda dengan sujud dalam sehat, tahajud dalam keadaan fit akan lebih nikmat daripada tahajud dalam keadaan sakit. 

Maka memperbaiki gizi juga merupakan ibadah, jangan pelit untuk membeli makanan bergizi karena sekali saja kita sakit akan membutuhkan biaya yang lebih besar. Menjaga kesehatan akan membawa kebaikan. 

Kekuatan yang kedua adalah kekuatan finansial, kekuatan ini juga akan membawa pada kebaikan. Contohnya pergi ke pengajian ini memerlukan biaya, bahkan semua episode hidup ini memerlukan biaya. 

Nabi Muhammad menikah pertama kali tidak dengan Siti Aisyah melainkan dengan Siti Khadijah yang memiliki pilar ekonomi yang kuat. Hal ini penting bagi umat Islam, jangan menganggap orang kaya itu paling belakang masuk ke surga. 

Itu tidak penting, kita dicintai Allah di dunia dan akhiratlah yang kita cari. Golongan orang yang masuk surga tanpa hisab adalah ulama, orang kaya yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, mujahadah yang mati syahid dan haji mabrur. 

Dikisahkan ketika dipersilahkan masuk ke surga, haji mabrur terlebih dahulu tetapi dia menolak dengan alasan harus ulama dahulu karena ia mengetahui hukum-hukum haji dari gurunya yang seorang ulama. 

Begitu pula mujahid, ia tidak akan mengetahui keutamaan jihad kalau tidak ada ulama yang mengajarkannya. 

Tetapi ketika ulama dipersilahkan, ia malah mempersilahkan orang kaya karena ia menganggap jika tidak ada bangunan-bangunan islami yang dibiayai oleh orang kaya ia tidak mungkin dapat berdakwah. 

Kita itu sebenarnya kaya tetapi jatahnya saja yang tidak diambil, kita itu jatahnya banyak lihat saja bumi Indonesia yang begitu kaya. Kita itu belum maksimal, tubuh belum all-out, otak belum diperas, doa belum maksimal. Kalau kita gabung kekuatan otak, fisik, doa bertemu dengan rezeki pasti barokah insya Allah. 

Tetapi kita jangan mengumpulkan harta untuk bermewah-mewahan, kumpulkan harta untuk bangun kebajikan, tolong orang banyak. Kita tidak akan membawa harta ini sampai mati. Di sisi Allah catatannya akan bertambah jika kita nafkahkan di jalan Allah. Jangan pernah merasa puas dengan pendapatan yang ada, kerja lebih keras lagi. 

Bangunlah terus sampai kita mati, kalau kita mati meninggalkan perusahaan masih ada bawahan yang makan dari pendapatan perusahaan kita. 

Cita-cita itu jangan muluk-muluk, di dunia juga kita harus berhasil. Jangan sampai hanya memfokuskan ke akhirat saja yang belum tentu sukses dan mengabaikan dunia, karena kita sekarang tinggal di dalamnya. Kita seharusnya hidup itu cukup bersahaja saja, tolong banyak orang, ini yang seharusnya menjadi gaya hidup kita. 

Peras lagi otak kita. Kalau pecinta dunia itu mencari dunia untuk kepuasan dirinya, pecinta Allah mencari dunia untuk mendapatkan kedekatan dengan Allah. Pecinta dunia dengan pecinta Allah sama giatnya, kita bahkan lebih giat dari mereka karena kita pakai doa. Kita kejar dunia dengan bersimbah peluh berkuah keringat, kita peras otak buat perusahaan yang profesional. 

Tetapi kepuasan kita bukan ketika berkumpulnya uang, bukan punya perusahaanya, kepuasaan kita adalah ketika ada orang lapar yang bisa makan dengan bekerja pada perusahaan kita; ada seorang bapak yang terangkat martabatnya dengan bekerja; orang yang tidak berpakaian menjadi berpakaian; orang yang anaknya tidak sekolah jadi sekolah; inilah yang kita nikmati.Kalau untuk kita secukupnya saja, wajar dan proporsional, selebihnya sedekahkan. 

Percayalah kita sudah punya rezekinya masing-masing. Terus evaluasi diri, bangun kekuatan diri; yang penting barokah. jangan sampai kita dapat harta haram yang akan menjadi racun bagi kita. 

Kekuatan yang ketiga adalah kekuatan intelektual; kita harus meningkatkan kekuatan ini. Sebuah bangunan akan kokoh karena pondasinya yang kuat dan kokoh. 

Kita masih sering terfokus pada aksesoris bangunannya tetapi bukan itu yang terpenting, melainkan pondasinya. 

Kita masih sering terfokus pada harta, pangkat, jabatan, dan popularitas. Tetapi semua ini bencana kalau pondasi kita tidak kuat. 

Mengapa banyak pemimpin yang roboh? Mengapa banyak sekali orang yang ketika tidak punya uang sholeh, ketika punya uang roboh? 

Ada juga orang yang memiliki daya tahan yang tinggi tetapi ketika punya uang malah jadi maksiat? Maka ketika kita punya uang banyak, harus meningkat pula kekuatan keimanannya yang merupakan pondasi yaitu Keyakinan Kepada Allah. 

Iman itu pupuknya adalah ilmu. Ilmu akan mengokohkan pondasi kita, ketika mendapatkan uang tidak akan memperdayakan kita, ketika punya kedudukan kita biasa saja. 

Oleh karena itu tidak cukup hanya di majelis taklim seperti ini saja, di rumah, di jalan harus terus dibangun kekuatan keilmuan kita. 

Tidak ada hari tanpa ilmu. Kemanapun pergi di saku harus ada buku, setiap ada kesempatan buka dan baca. Karena ilmu kita kuat, karena ilmu pula kita bisa menguatkan yang lain. 

Mulai sekarang kita kuatkan ilmu kita untuk menguatkan keimanan kita. Terus saja cari supplier ilmu, cari terus akses ilmu agar semakin kuat iman kita yang merupakan buah dari ilmu dan wawasan kita. 

Kuat mental yang merupakan buah dari kuat iman. Tiap hari kita harus latihan untuk tidak sakit hati, latihan kuat mental, latihan tidak tersinggung. Untuk kekuatan butuh latihan, tidak ada kekuatan tanpa latihan. 

Tiap hari harus selalu dilatih untuk tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, tidak mudah tergelincir. 

Makin kuat membaja mental kita insya Allah ringan hidup ini. Kita harus seperti intan ditimpa batako, intannya tetap cemerlang. 

Syairnya adalah: 

Jagalah hati jangan kau kotori 
Jagalah hati lentera hidup ini 
Jagalah hati jangan kau nodai 
Jagalah hati cahaya Ilahi 

Bila hati kian lapang hidup susah terasa senang Walau kesulitan menghadang dihadapi dengan tenang tapi bila hati sempit segalanya jadi rumit Seakan hidup terhimpit lahir batin terasa sakit 

Tidak mungkin kita kuat kalau tidak latihan. Apapun yang terjadi harus menjadi latihan kekuatan iman kita. Nikmati sebagai latihan, setiap episode yang terjadi dalam hidup kita sehingga semakin kuat iman dan mental. 

Yang terakhir adalah kekuatan ruhiah, karena kalau ruhiah kita sudah kuat kita akan menjadi sholeh luar biasa. 

Kalau kekuatan ruhiahnya sudah terpancar bagai cahaya matahari masuk ke relung-relung hati, menumbuhkan bibit-bibit, menerangi yang ada dalam kegelapan, menyegarkan yang layu. 

Andaikata kekuatan lainnya terbatas, kita bangun kekuatan ruhiah kita. Sekali bicara daya gugahnya akan terhunjam, daya rubahnya akan kuat. 

Perkataan yang sama, akan berbeda hasilnya kalau keluar dari orang yang kuat ruhiahnya dengan yang lemah ruhiahnya. 

Saudaraku, Rasulullah kalau marah semua orang menangis, kita marah selama satu jam malah akan menimbulkan kebencian. Oleh karena itu marilah kita bangun kekuataan ruhiah agar kita ini efektif menjadi manfaat bagi orang lain. 

Bagaimana caranya membangun kekuatan ruhiah? Jawabannya adalah "Sucikan diri". Amat sangat beruntung orang yang menjaga kebeningan hatinya. Pandangan dijaga, omongan dijaga, telinga hanya mendengar sesuatu yang disukai Allah dan bermanfaat. 

Semua yang kita rasakan harus mendekatkan diri kita kepada Allah, juga riyadohnya harus lebih digencarkan. Malam harus tahajud meskipun hanya dua rakaat tetapi dengan kualitas yang tetap terjaga. Senin-Kamis usahakan shaum. Ketika punya uang latih untuk keluarkan sedekah. Mata dilatih untuk menunduk, mulut dilatih bicara hanya seperlunya saja, pendengaran yang tidak perlu dikurangi, lisan usahakan selalu berdzikir, sholat tepat waktu, jaga wudhu. 

Makin kita latih terus mendekat kepada Allah nanti akan makin bercahaya hati kita, makin kokoh ruhiah kita. Kita nantinya dengan izin Allah akan sampai pada titik tertentu sehingga akan kelihatan rahasia dunia ini, kemudian lintasan rezeki akan terlihat yang membuat kita tidak panik. 

Kita akan mengerti hikmah dibalik musibah, akan mengerti akan episode-episode hidup. Dalilnya adalah "Dan tidak ada lagi di dunia ini selain kesenangan yang menipu". 

Nanti kita akan melihat dunia itu dari sudut yang lain. Ketika kita berbuat sesuatu kita dapat mengetahui manfaat jauh sebelumnya. Oleh karena itu bukan kejadiannya yang kita nikmati, melainkan hikmah dibalik kejadian tersebut. 

"Kelezatan itu ketika kita tenggelam dalam samudra hikmah", sehingga kejadian bagaimanapun akan kita sikapi dengan biasa-biasa saja. 

Jika kita punya sigma kekuatan fisik, finansial, intelektual, mental dan ruhiah, kita akan tampil menjadi manusia prima yang lebih baik dari yang lain dan lebih dicintai oleh Allah. 

Rindukanlah sepanjang hidup kita harus membangun terus kekuataan bukan untuk dzolim kepada orang lain, melainkan untuk mencegah kedzoliman. [K.H. Abdullah Gymnastiar ]
READ MORE - Al Qawiyyu Berarti Kekuatan Yang Menguatkan

Antara Utang Bank Dan Kesuksesan Karir

0 komentar
Entah sudah berapa orang yang curhat ke saya mengenai utang… dan hampir semuanya nasabah bank syariah. 

Saya mohon maaf jika harus cerita. Bukan dalam rangka menyudutkan instansi tertentu, tapi saya berharap bisa menjadi pelajaran bagi yang lainnya.

Mereka yang curhat ke saya, bukan tipe manusia membutuhkan. Mereka rata-rata orang yang memiliki status sosial. Dari sisi karir, di atas umumnya masyarakat. 

Ada dokter, ada bidan, ada pengusaha minyak, ada karyawan perusahaan perusahaan luar negeri, hingga karyawan perusahaan tambang. Mereka bukan orang membutuhkan. Bahkan di tengah masyarakatnya, mereka tergolong orang kaya..

Tapi… beda lahir dengan batinnya. Di permukaan, mereka terlihat kaya, ternyata di dalam mereka menyimpan kesedihan dan segudang masalah. Terutama jerat utang riba.

Saya sendiri merasa heran, hingga kini saya belum pernah mendengar keluhan masalah utang dari tukang becak, pedagang asongan, para pemulung, para kuli bangunan, atau para buruh tani.

Dari situlah, saya penasaran. Dari mana mereka bisa terjerat utang? Setelah mendengar cerita mereka, saya mendapatkan kesimpulan yang sama… ternyata dunia itu candu…

Mereka mulai utang bank, ketika mereka ingin memperbesar pemasukan atau memperbanyak aset. Mereka merasa sangat yakin, dengan karir bagus yang saat itu mereka jalani, sangat mudah bagi mereka untuk membayar cicilan dan melunasi utang bank. Di saat itulah mereka undang bank.

Karena alasan khawatir terjerat riba, mereka tidak sembarangan memilih bank. Mereka pilih, bank yang berlabel syariah.

Proses berjalan, setelah utang dikucurkan, misi tahap awal dilakukan. Ada yang beli aset, ada yang memulai membuka usaha, dan sebagian untuk menampakkan kemewahan. Tradisi hedonis ternyata belum hilang.

Ketika usaha berlangsung lancar, bank yang lain membuka kran yang sama. Muncul obsesi mengembangkan usaha…

Benar, apa kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ

Andai manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, mereka akan mencari lembah emas yang kedua. Andai dia diberi 2 lembah penuh emas, mereka akan mencari lembah ketiga. Dan tidak ada yang bisa memenuhi perut manusia, kecuali tanah. (HR. Bukhari 6438 & Muslim 1462)

Qadarullah, masalah mulai berdatangan. Ternyata, perkembangan usahanya tidak lebih cepat dibandingkan bunga yang diminta bank syariah. Di saat itulah mereka mulai bercerita,

“Saya sudah berkali-kali melayangkan surat keringanan ke bank syariah, tapi ternyata tidak dihiraukan…”

“Saya sedih, saya mulai sadar kedzaliman bank syariah…”

“Dulu saya berfikir, kerja sama dengan bank syariah tidak akan seperti ini… tapi ternyata, bisa lebih parah dibandingkan konven.”

Mereka mulai melemparkan kritik, karena sebagai korban. Kita memaklumi jika ada kesan agak keras.

Bank apapun tidak akan datang ketika sedang dalam posisi tersungkur. Bank hanya akan datang, pada saat anda dinilai di posisi naik… jadi wajar, justru mereka yang berkarir baik, yang banyak menjadi ‘klien utang’ bank.

Inilah yang disebut penyakit istibtha’. Obsesi untuk cepat kaya, cepat sukses, memperbesar usaha, padahal belum waktunya. Ditipu dengan dunia, untuk meraup dunia yang lebih buanyak lagi…

Allah ingatkan dalam al-Quran,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا

Wahai manusia, sesungguhnya janji Allah itu benar. Karena itu, janganlah kalian tertipu dengan kehidupan dunia. (QS. Fathir: 5)

Mengenai karakter istibtha’, obsesi untuk cepat kaya, cepat sukses, sebelum waktunya, dinyatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadisnya,

أَيُّهَا النَّاسُ ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَنْ يَمُوتَ حَتَّى يَسْتَكْمِلَ رِزْقَهُ ، فَلا تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian tidak akan mati sampai sempurna jatah rezekinya, karena itu, jangan kalian memiliki penyakit istibtha’ dalam masalah rizki. 
(HR. Baihaqi dalam sunan al-Kubro 9640, dishahihkan Hakim dalam Al-Mustadrak 2070 dan disepakati Ad-Dzahabi).

Penyakit istibtha’, merasa rizki terlambat, kurang melimpah, banyak punya aset, adalah pemicu terbesar untuk utang.

Padahal sehebat apapun usaha yang kita lakukan, tidak akan melampaui jatah rizki kita…

Bagi anda yang berkarir baik, penghasilan, perhatikan, dunia itu candu… waspadai obsesi memperbesar kran penghasilan, melalui tawaran utang…

Semoga kita bukan korban berikutnya… Allahu a’lam.

Oleh: Ustadz Ammi Nur Baits,M.Sc ( Fakar Muamalah Kontemporer )
READ MORE - Antara Utang Bank Dan Kesuksesan Karir

Fastabiqul Khairat

0 komentar
Fastabiqul Khairat. Allah Swt berfirman.” Dan carilah pada apa-apa yang telah dikaruniakan Allah kepadamu, kebahagiaan negeri akhirat dan janganlah kamu lupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi. Dan berbuat baiklah kamu kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu membuat kerusakan dibumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Qs Al Qashash-77). Kebahagiaan negeri akhirat adalah keinginan dari kita semua, hal ini tidak akan pernah terwujud dan sulit untuk meraihnya kalau, setiap diri tidak berusaha membuka jalan kearah kenginan tersebut.

Allah tidak menyukai dan tidak menyuruh umat manusia memfokuskan diri soal akhirat semata, dengan meninggalkan dan mengesampingkan jatah kenikmatan dan kesenangan hidup didunia ini.. Hendaknya setiap diri harus bisa mempergunakan kenikmatan maupun kesenangan dunia, sebagai kendaraan untuk mendapatkan kebahagiaan negeri akhirat dengan segenap kemampuan yang diberikan-Nya. Full Story »

READ MORE - Fastabiqul Khairat

Bahaya Hasad, Iri dan Dengki

0 komentar
Bahaya Hasad, Iri dan Dengki. Rasulullah Saw bersabda Hasad, iri, &, dangki akan mengerogoti dan memakan segala kebaikan sebagai mana api membakar kayu api yang kering”. Jika seseorang melakukan amal kebaikan (shalat, puasa, infak dsb) ia sedang berada dalam wadah kebaikan yang akan mendapatkan pahala dari Allah Swt sebagai imbalanya. Namun, ada satu jenis penyakit yang sangat membahayakan sekali terhadap eksistensi/nilai amal maupun yang punya amal, dialah penyakit Hasad, iri dan dengki. Seperti yang di sabdakan Rasulullah Saw di atas, sehingga amal ibadah yang kita lakukan akan menjadi sia-sia belaka “Minyak Abis samba indak lamak” begitu kata orang MinangKabau mengibaratkanya.

Orang pintar bilang, hidup ini adalah perjuangan, perjuangan butuh pengorbanan baik dalam ujud materi, tenaga maupun pikiran. Begitu juga dalam mengarungi lautan kehidupan ini, hidup dalam bermasyarakat apalagi di zaman sekarang (moderen), baik dalam berelasi, berkongsi, berserikat dsb kecendrungan untuk selalu menjadi yang terdepan dalam meraih hasil yang terbanyak sangatlah tinggi ( baca: persaingan). Jikalau diri sampai lepas kontrol dalam meyingkapinya jelas kegagalanlah yang akan menghampiri kita, yang berimbas pada kegalauan pikiran dan kegoncangan jiwa, yang di iringi dengan munculnya berbagai macam penyakit seperti stres, depresi, tekanan jiwa, sampai pada penyakit hati yang sangat berbahaya seperti lahirnya sifat hasad, iri dan dengki. Full Story »

READ MORE - Bahaya Hasad, Iri dan Dengki

Doa dan Perubahan Diri

0 komentar
Doa dan Perubahan Diri. “ Berdoalah kepada-Ku dengan merendahkan diri dan dengan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak suka pada orang-orang yang melampaui batas.” (Qs Al A’raaf-55). Allah menyuruh kita untuk bermunajat pada-Nya karena munajat dalam bentuk doa yang tulus dan keluar dari hati yang tulus lagi ikhlas yang mengharapkan keridhaan-Nya semata akan cepat mendapat respon dari Allah. Dijelaskan, berdoa haruslah dengan penuh kerendahan atau tawaduk didalam hal yang diminta dan juga cara memintanya, karena Allah tidak suka sama sekali terhadap orang-orang yang berlebihan dalam segala hal. Pada dasarnya kekuatan doa itu akan jauh lebih efektif ketika kita sanggup merubah perangai, prilaku maupun sikap kita. Dikatakan, doa itu ibarat tanaman, kekuatan untuk merubah diri dan segala sikap hidup dari yang tercela menjadi terpuji itulah yang akan menjadi bibitnya. Sedangkan permohonan yang kita ucapkan ibarat pupuk. Tapi, kalau kita hanya menaburkan pupuk semata tampa pernah menaburkan bibit, mustahil hasilnya akan sesuai dengan keinginan kita.

Dari kenyataan hidup yang kita jalani, semakin tampak bahwa semakin hari kita semakin dihadapkan pada berbagai bentuk persoalan yang sepertinya tidak akan pernah ada akhirnya, dimulai dari harga-harga yang terus merambat naik sampai pada tingkah laku dari ank-anak kita yang semakin mengkhawatirkan dsb. Dalam situasi seperti ini tak banyak manusia yang sanggup menghadapinya selain ditenggelamkan kedalam kubangan penderitaan yang sepertinya tak berkesudahan. Full Story »

READ MORE - Doa dan Perubahan Diri
 
Minima 4 coloum Blogger Template by Beloon-Online.
Simplicity Edited by Ipiet's Template